Total Pageviews

Followers

Candi Gedong Songo


Candi Gedong songo adalah candi yang terdiri dari 9 buah yang terletak di daerah Ungaran Kabupaten Semarang
Candi Gedong Songo terletak di desa Candi Kecamatan Ambarawa di lereng Gunung Ungaran,Kata Gedong berarti bangunan dan songo berarti sembilan sehingga kurang lebih berarti candi yang berjumlah sembilan. Candi ini memang terbilang cukup unik. Pada awalnya disebut Gedong Pitoe karena pertama kali ditemukan oleh Rafles hanya terdiri dari tujuh bangunan candi. Namun kemudian ditemukan dua candi lagi walaupun dalam keadaan tidak utuh. Candi-candi yang terletak di Gunung Ungaran ini diyakini sebagai Candi Hindu dengan ditemukannya arca-arca Hindu yang terletak didalam dan disekitar lokasi candi. Diantaranya dengan ditemukannya arca Ciwa Mahadewa, Ciwa Mahaguru, Ganeca, Durga Mahisasura Mardhini, Nandi Swara, Mahakala dan Yoni yang ada di bilik candi. Keistimewaan yang lain dari Candi Gedong Songo adalah terletak pada arca gajah dalam posisi jongkok di kaki Candi Gedong III, dan Yoni dalam bentuk persegi panjang pada bilik Candi Gedong I.
Memasuki wilayah candi ini udara sejuk mulai terasa dengan angin khas pegunungan yang mendayu-dayu.  Pintu masuk candi yang hanya beberapa meter dari lokasi parkir mempermudah para wisatawan untuk mencapai lokasi ini. Dengan hanya membayar tiket masuk sebesar Rp. 2,000,- kita bisa memasuki dan mengitari lokasi candi sepuas-puasnya.
Candi Gedong Songo tidak hanya menawarkan wisata sejarah, namun juga menawarkan wisata keindahan alam juga wisata olah raga. Candi yang terletak di ketinggian Gunung Ungaran ini memang menampilkan pesona alam yang luar biasa karena lokasinya yang terletak di ketinggian gunung.Selepas gerbang masuk Candi, berjalan sedikit ke atas sudah terlihat lokasi candi pertama yang merupakan candi yang terletak di lokasi yang paling bawah.
Candi Gedong Songo adalah candi yang terletak di daerah Ungaran Kabupaten semarang
Bersamaan dengan itu biasanya ada orang yang akan mengikuti kita untuk menawarkan jasa menunggang kuda. Jadi apabila tidak ingin terlalu capai bisa naik kuda dan dikenakan biaya Rp. 40,000,- per kuda untuk mengitari seluruh areal candi. Setelah Candi demi Candi dilalui, sampailah kita pada lokasi candi yang keempat. Di depan lokasi candi keempat terdapat lapangan yang cukup luas, kurang lebih dua kali lapangan sepakbola dan datar yang biasanya dipakai untuk bermain sepakbola oleh warga setempat atau juga berkemah buat para pengunjung. Diantara lokasi candi ketiga dan keempat terdapat sumber air panas alam dimana juga disediakan tempat mandi dengan tempat tertutup, sehingga buat yang mau menikmati sumber air panas bisa meluangkan waktu ntuk mandi.
Lokasi candi yang kelima merupakan lokasi candi terakhir dan tertinggi. Begitu memasuki pelatarannya, kita bisa bebas memandang ke bawah, bahkan kalau cuaca sedang cerah berturut-turut bisa kita lihat dari sisi selatan candi, yaitu Gunung Telomoyo, Gunung Merbabu, Gunung Andong dan Gunung Merapi. Berlama-lama duduk di lokasi candi yang kelima ini memang sangat mengasyikkan, Apabila kita ingin melanjutkan ke 4 buah Candi selanjutnya, kita tidak akan dapat menemukannya karena candi-candi tersebut sudah tidak utuh
 alias hanya berupa batu-batuan yang terlihat semacam situs
Thursday, May 26, 2011 | 0 comments | Read More

Makam Ki Ageng Pandanaran


Makam Ki Ageng Pandanaran, Adipati pertama semarang, pelopor berdirinya Kota Semarang, Yayasan Sosial Pandanaran


Ki Ageng Pandanaran adalah Adipati Semarang yang pertama dan tanggal diangkatnya beliau sebagai adipati dijadikan hari jadi Kota Semarang. Dengan demikian beliau dianggap sebagai pelopor berdirinya Kota Semarang. Ki Ageng Pandan Arang atau Pandanaran meninggal pada tahun 1496. Tempat ini banyak dikunjungi oleh peziarah terutama pada acara khol meninggalnya beliau setiap bulan Muharam setahun sekali. Makam Ki Ageng Pandanaran ini berada di Jl. Mugas Dalam II/4, Kelurahan Mugasari kurang lebih 1 Km dari Tugu Muda, dibuka untuk umum setiap hari dan setiap saat. Dari masjid Baiturrahman ke makam Ki Ageng Pandanaran, dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Dari Masjid Baiturrohman, anda akan menyusuri jalan Pandanaran di sebelah selatan Masjid menuju arah barat sepanjang 200 m. Sesampainya di depan Toko Buku Gramedia, sebuah belokan kecil akan menuntun anda ke arah makam Ki Ageng Pandanaran. Selama dalam perjalanan, anda akan melihat pemandangan kantor harian sore Wawasan, kampus Stikubank dan kantor Persatuan Wartawan Indonesia Jawa Tengah (kawasan Mugas). Untuk selanjutnya, anda akan menempuh perjalanan panjang yang terjal, naik turun bukit dan jalan berundak yang mengantarkan anda menuju Jl. Mugas II di mana Ki Ageng Pandanaran di makamkan. Makam yang terletak di kawasan Mugas Dalam Rt 7/III semula memiliki corak bangunan kuno yang khas Semarang, unsur kolonialisme yang berkukuh hampir 350 tahun memberikan dampak buruk terhadap eksistensi makam Ki Ageng Pandanaran II. Belanda berupaya untuk mengubur habis segala peninggalan yang terkait dengan Islam atau budaya yang berseberangan dengan budaya Belanda yaitu Kristen. Maka, penghancuran dan pendirian gereja untuk mengepung budaya asli pribumi menjadi sebuah keniscayaan oleh Belanda dan penjajah yang lain.
Desain ruang kota yang ada dalam wilayah “kota lama” merupakan saksi, bahwa kolonial Belanda berusaha mengepung masyarakat pribumi dengan banyaknya gereja-gereja yang didirikan. Hal tersebut juga terjadi pada kompleks makam Ki Ageng Pandanaran I dan II. “semua itu kami tetap bersemboyan becik ketitik ala kethoro”. tutur Kardiyono generasi ke-17 dari Ki Ageng Pandanaran II.
Menurutnya, peninggalan bangunan bukanlah hal yang penting, begitupun peninggalan-peninggalan yang lainnya, seperti keris ataupun batu-batuan berharga. Benda-benda tersebut peninggalan Ki Pandanaran saat menjadi Adipati Semarang I yang cukup kaya. Selain itu, Ki Ageng Pandanaran juga meninggal sesuatu yang sangat berharga yakni ajaran keagamaan. “Ki Ageng Pandanaran dalam menyebarkan agama Islam, memakai falsafah hidup dengan konsep DUIT. Yaitu “D”, Doa ibu didalam setiap aktifitas hidup, “U” Usaha yang ikhlas dan bermanfaat bagi sesama, “I” Iman yang melandasi doa dan usaha, dan terakhir adalah puncak insan kamil, “T” Taqwa di setiap saat dan di setiap tempat”. Tambahnya.
Saat ini, pengawasan dan perawatan makam ditangani oleh Yayasan Sosial Sunan Pandanaran (YSSP) yang berdiri pada tanggal 9 Juli 1969. Yayasan ini merupakan yayasan khusus pewaris-pewaris keturunan Ki Pandanaran yang menikah dengan Endang Sejawilah atau dikenal dengan Nyi Ageng Pandaran dari daerah Pragoto. Selama hidupnya, mereka memiliki enam keturunan yang tersebar di Jawa Tengah, yaitu pangeran Kasepuhan (Sunan Tembayat), Bayat, Klaten. Pangeran Kanoman (P. Mangkubumi) Imogiri, Surakarta. Pangeran Wotgalih, Nyi Ngilir, dan Pangeran Bojong.
Makam yang telah mengalami renovasi tiga kali ini (1960, 1975, 1991) mengalami puncak keramaian dalam dua tahap. Tahap pertama Haul Ki Ageng Pandanaran yang jatuh pada tanggal 17 Muharram (Suro), dan Hari jadi kota Semarang setiap tanggal 2 Mei. Biasanya, prosesi ‘buka luwur’ atau haul dihadiri dari keluarga Mataram keturunan dari pangeran Mangkubumi. “untuk itu sudah selayaknya kita ikut menjaga, merawat dan mengetahui tentang Ki Ageng Pandanaran sebagai sesepuh Semarang dan Jawa Tengah”. Pesan ketua Yayasan Sosial Pandanaran.
Wednesday, May 25, 2011 | 0 comments | Read More

Joglo Kampoeng Doeloe Tembalang Semarang

Tempat makan, Kuliner, Kuliner Semarang, Joglo, Kampoeng Doeloe, Tembalang,Joglo Kampoeng Doeloe Tembalang, Tirto Agung, Gerbang Tol, Gerbang tol Semarang Ungaran, Kepiting Saus Tiram
Ternyata ada tempat makan baru di tembalang, di dekat gerbang Tol baru ke arah Ungaran yaitu  Joglo "KAMPOENG DOELOE", tempat makan ini berada di jln. Tirto Agung No. 62 Tembalang Semarang Telp (024)740 262 62.
Pertama memasuki parkirannya, yang terlihat adalah sederetan Gasebo dari bambu yang disediakan buat pengunjung dalam jumlah sedikit. di bagian dalam juga disediakan ruangan untuk pengunjung berjumlab banyak dengan Tempat Nyaman berbahan dr kayu jati penuh dengan Ukiran Khas Jepara. excelent. bisa untuk 200 orang
Pelayanan yang diberikan cukup ramah dan cepat, terbukti, begitu kita turun dari kendaraan langsung disambut oleh pelayan dengan ramah dan segera dipersilahkan memilih tempat.
Dari menu yang disajikan, harganya juga tidak terlalu mahal, tempat bersih dan setelah mencoba beberapa menu yang ada, yaitu Kepiting Saus Tiram, nasi goreng seafood, ternyata sensasi rasanya cukup mengagetkan, dan akan membuat kita kepengin datang lagi kesana.
Hal yang menarik lainnya adalah di bagian belakang RM, kita bisa temukan Kolam Ikan yang dihuni beberapa ekor Ikan Koi yang berukuran cukup besar yang membuat kita merasa seperti makan di alam.

Sunday, May 22, 2011 | 0 comments | Read More